Pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-31

Juni 14, 2009

PKB Ke-XXXI.jpgKemarin sore adalah sore yang sangat istimewa di pertengahan tahun ini. Dan hari yang cerah merupakan pertanda bahwa event tahunan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-31 akan berjalan lancar dan meriah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, event tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Bali sejak 1979 ini diawali dengan pawai kesenian yang melibatkan kontingen dari seluruh Kabupaten/Kota di Bali, serta sejumlah partisipan dari dalam dan luar negeri (Amerika Serikat, India, Meksiko, Thailand, Taiwan, Jepang dan Korea). Acara dipusatkan di depan Gedung Jaya Sabha, Denpasar. Saya sebagai seorang 'Anak Muda Bali Tulen' tentunya tidak ingin melewatkan acara ini. Tapi keadaan bicara lain. Saya masih bergelut dengan pekerjaan hingga sore. Jadi 'ga bisa nonton secara langsung deh! :c :c . Maunya sih bisa nonton lagi seperti tahun lalu. Desak-desakan sama orang-orang yang nonton. Tapi tak apalah toh saya masih bisa nonton di TV. 'kan siaran langsung. :O :O

Pesta Kesenian Bali Ke-31 Kali ini mengambil tema "Mulat Sarire" yang berarti introspeksi kembali ke jati diri menuju kemuliaan bangsa dan negara. Tema ini sangat sesuai dengan keadaan dan kondisi yang sedang dialami bangsa Indonesia. Apalagi Tahun ini Negara kita akan menetukan arah pembangunan bangsa kedepan lewat pemilu legeslatif dan pemilu presiden. Jadi diharapkan dengan tema ini kita bisa introspeksi diri sehingga mampu ikut serta merencanakan masa depan bangsa dengan pikiran yang jernih dan tenang.

Seperti tahun sebelumnya PKB Ke-31 (yang akan berlangsung dari tanggal 13 Juni - 11 Juli '09) dibuka oleh Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Acara pembukaan berlangsung di Panggung Terbuka Ardha Chandra Taman Budaya Bali dengan ditandai pemukulan kulkul (kentongan). Dan untuk pawainya sendiri dibuka oleh Bapak Gubernur Bali Mangku Pastika. Rute pawai dari depan Gedung Jaya Sabha hingga kawasan Taman Budaya Bali Ardha Candhra dipenuhi dengan ratusan orang yang sangat antusias mengikuti arak-arakan pawai. Saya lihat begitu banyak orang yang memenuhi rute sepanjang Jln. Surapati - Jl. Hayam Wuruk hingga penuh sesak. Dari anak-anak hingga orang dewasa saling desakan untuk dapat melihat dari dekat pertunjukan dari masing-masing kontingen. Ada juga wisatawan-wisatawan asing yang sesekali mengambil gambar dan ikut desak-desakan. Sungguh suatu euporia yang sangat sayang untuk dilewatkan. Dan walaupun telah begitu sering saya menonton sejak kecil, rasa menyesal karena tidak dapat menonton langsung acara ini cukup membuat saya kesal. Yah apa boleh buat, toh kalo saya masih dikasih umur panjang, tahun depan saya masih bisa nonton lagi. :y :y

Tema pawai kali ini adalah "Bhawacakra" yang berarti '"roda kehidupan". Tema ini merupakan refleksi roda kehidupan manusia yang berawal dari penciptaan/kelahiran (Utpeti), proses kehidupan (Stiti), dan peleburan/kematian (Prelina). Ketiga hal tersebut, Utpeti, Stiti, dan Prelina adalah mata rantai yang harus dijalani manusia untuk menuju keharmonisan. Maka, semua peserta pawai menampilkan karya seni yang memvisualisasikan bagaimana manusia menjalani sirkulasi kehidupan mulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan masa tua dengan penampilan seni khas masing-masing.

Sebagai contoh, Kabupaten Jembrana menampilkan permainan anak-anak "mekebo-keboan" yang memvisualisasikan masa anak-anak. Dunia remaja dan dewasa divisualisasikan dengan prosesi penganten dan diiringi dengan gamelan angklung. Lalu Kabupaten Karangasem menampilkan upacara nelu bulanin sebagai visualisasi masa anak-anak, termasuk upacara otonan dan tanggal gigi (mekupak). Untuk masa remaja dan dewasa mereka menampilkan busana khas teruna Desa Adat Timrah dan Desa Adat Bungaya. Sedangkan untuk masa tua diwujudkan dengan menampilkan garapan kolosal dengan judul "Sidharta Gautama". Lalu bagaimana dengan kota tercinta saya Gianyar? Tentunya tak mau kalah dong! Masa anak-anak divisualisasikan dengan prosesi upacara kelahiran ngelepas Aon (saat bayi berumur 12 hari), prosesi perkawinan sebagai visualisasi masa dewasa, dan sebagai penutup, ditampilkan garapan kolosal berjudul "Sapuh Leger" yang memiliki makna proses penyucian atau ruwatan terhadap setiap anak yang lahir pada Wuku Wayang sebagai visualisasi masa tua.

Begitu meriahnya acara pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-31 ini sehingga banyak orang yang rela berdesak-desakan untuk ikut serta memeriahkan acara ini. Tak ketinggalan pula para pedagang kaki lima yang berharap mendapat limpahan rejeki dari event tahunan ini. Begitu penting dan bermaknanya acara ini sehingga sangat layak untuk tetap diselenggarakan guna kelestarian seni dan budaya Bali. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa memberkahi kita semua.(*bb/Bdy)

Artikel Terkait Dengan Kategori :



Share this article on :

0 comments:

Posting Komentar

Silakan bagi sahabat yang ingin berkomentar, memberi kritik, dan saran sebagai apresiasi dalam tulisan ini. Saya pribadi sangat menghargai dan menghormati apapun bentuk apresiasi yang sahabat berikan. Terima kasih!!

 
© Copyright 2009-2011 bliyanbayem All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.