Upacara Potong Gigi Mang Rawit

September 11, 2009

Akhirnya hari H Upacara Potong Gigi Mang Rawit datang juga. Persiapan selama beberapa hari ini sudah 99% rampung. Saya aja sempat nginep buat sekadar bantu-bantu untuk mempersiapkan upacara ini. Oh.. ya sobat blogger yang mungkin penasaran siapa Mang Rawit ini, dia adalah salah satu anggota genk saya. Kami berlima yaitu saya, Mang Rawit, Ngurah Boling, Iwan, sama Eddy punya genk namanya Edibabora Manga. Yah terbentuk tanpa sengaja karena kesamaan hobi kami baca komik jepang atau manga. Tapi sekarang sudah rada-rada jarang ngumpul. Maklum kesibukan masing-masing yang padat banget. Oke balik lagi ke bahasan tadi, Upacara Potong Gigi...

Sahabat blogger yang mungkin ingin tahu mengenai Upacara Potong Gigi (Kalu di Bali dikenal dengan "Mapandes") ini adalah salah satu rangkaian upacara agama umat Hindu yang harus dilakukan oleh setiap umat Hindu selama masa hidupnya. Jadi dari masih dalam kandungan hingga dia meninggal dunia, umat Hindu Bali harus menjalani rangkaian upacara yang akan menuntunnya ke kehidupan yang lebih baik. Nah upacara potong gigi ini dilakukan saat anak laki-laki dan perempuan Hindu sudah beranjak dewasa, dimana untuk anak perempuan ditandai dengan sudah mengalami yang namanya datang bulan dan tanda-tanda kedewasaan wanitanya sudah nampak. Begitu juga untuk anak laki-laki, tanda-tanda kedewasaan fisiknya sudah terlihat, seperti tumbuhnya jakun, suara mulai terdengar seperti orang dewasa, dsb.

Upacara potong gigi biasanya disatukan dengan upacara "Ngeraja Sewala" atau disebutkan pula sebagai upacara "menek kelih", yaitu upacara syukuran karena si anak sudah menginjak dewasa, meninggalkan masa anak-anak menuju ke masa dewasa.

Tujuan upacara potong gigi dapat disimak lebih lanjut dari Lontar Kalapati dimana disebutkan bahwa gigi yang digosok atau diratakan dari gerigi adalah enam buah yaitu dua taring dan empat gigi seri pada rahang atas. Pemotongan enam gigi itu melambangkan simbolis pengendalian terhadap Sad Ripu (enam musuh dalam diri manusia). Meliputi Kama (hawa nafsu), Loba (rakus), Krodha (marah), Mada (mabuk), Moha (bingung), dan Matsarya (iri hati). Sad Ripu yang tidak terkendalikan ini akan membahayakan kehidupan manusia, maka kewajiban setiap orang tua untuk menasehati anak-anaknya serta memohon kepada Hyang Widhi Wasa agar terhindar dari pengaruh Sad Ripu. Makna yang tersirat dari mitologi "Kala Pati", "Kala Tattwa", dan "Semaradhana" ini adalah mengupayakan kehidupan manusia yang selalu waspada agar tidak tersesat dari ajaran agama (Dharma) sehingga di kemudian hari rohnya yang suci dapat mencapai surga loka bersama roh suci para leluhur, bersatu dengan Brahman (Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha Esa). Dalam pergaulan muda-mudi pun diatur agar tidak melewati batas kesusilaan seperti yang tersirat dari lontar Semaradhana.

Dengan begitu sangat penting upacara ini untuk dilangsungkan. Dan biasanya upacara ini dilakukan sebelum menikah. Namun Dalam keadaan tertentu dapat pula dilaksanakan setelah berumah tangga. Tentunya untuk saya sendiri sudah lebih dulu mengalami upacara ini. Masih ingat saya bagaimana rasanya ketika gigi-gigi saya diasah oleh Pemangku. Saking kerasnya rasa ngilu itu seketika muncul tiap kali saya ingat akan upacara potong gigi saya. Sampai keubun-ubun rasanya ngilu itu. Tapi tak apa toh memang kewajiban juga.

Oke, itu sedikit cerita saya tentang upacara potong gigi. Mungkin di lain kesempatan akan saya bagikan sedikit photo-photonya. Semoga bermanfaat!!


Referensi:
* http://bytescode.wordpress.com/2007/11/28/upacara-potong-gigi-mapandes/

Artikel Terkait Dengan Kategori :



Share this article on :

0 comments:

Posting Komentar

Silakan bagi sahabat yang ingin berkomentar, memberi kritik, dan saran sebagai apresiasi dalam tulisan ini. Saya pribadi sangat menghargai dan menghormati apapun bentuk apresiasi yang sahabat berikan. Terima kasih!!

 
© Copyright 2009-2011 bliyanbayem All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.