Apa yang ada dalam benak anda ketika mendengar kata serumpun. Sekilas pasti yang terbayang adalah hubungan atau ikatan kekerabatan yang dekat. Ikatan yang erat layaknya keluaraga. Dan kata inilah yang mengikat antara Bangsa Indonesia dengan Bangsa Malaysia. Akan tetapi yang terjadi hari ini adalah makna kata serumpun itu telah berbalik arah 180% sehingga bukannya kita merasa dekat selayak keluarga, tapi yang terasa seperti duri dalam daging, lebih pahit dari buah paya.
Masih hangat dalam pikiran kita betapa kata serumpun ini tak lagi pantas untuk diucapkan karena banyak kasus yang membuat kata serumpun ini tak perlu lagi kita ucapkan. Bahkan kalau bisa dihapus saja dari kamus Bahasa Indonesia. Kasus-kasus yang telah banyak melecehkan bangsa kita di segala sisi. Mulai dari kasus lepasnya pulau Sipadan dan Ligitan. Kasus sengketa blok ambalat yang tak berkesudahan. Kasus-kasus penganiayaan TKI yang sangat-sangat tak berperikemanusiaan. Belum lagi kasus diklaimnya produk-produk budaya kita oleh Malaysia. Dan hal ini tak terjadi hanya sekali dua kali. Tapi berulang-ulang dan terus berulang. Kalau sudah begini, masihkah kata serumpun itu layak diucapkan?
Kita, Bangsa Indonesia seperti ibarat kompor gas. Kita cepat panas dan membara. Cepat sekali membuat air mendidih. Tapi begitu knopnya ditekan dan diputar Malaysia, bara panas itu seketika padam. Dan knop itu bernama "serumpun".
Tiap kali kata itu dipakai untuk mengolok-olok kita dan membuat kita seperti anak kecil yang mau nurut dan diam untuk mereka. Kalau sudah begini apa masih ada yang bisa kita perbuat? Kita terlalu lembek. Terlalu takut mengambil tindakan yang tegas. Hanya bisa melayangkan surat protes. Dan balasan mereka apa? Hanya permintaan maaf secara lisan. Secara lisan? Begitu rendahkah kita di mata mereka!
Sudah saatnya Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang tegas. Pemimpin yang berani. Pemimpin yang mengerti bahwa Ambalat adalah NKRI, dan NKRI adalah harga mati. Tak guna lagi diplomasi jalan buntu. Pemimpin yang dengan lantang berani berkata "Ganyang Malaysia".
Sehingga di kemudian hari tidak ada lagi klaim-klaim sepihak. Tidak ada lagi pulau-pulau nusantara yang berpindah tuan. Tidak ada lagi ikan-ikan laut nusantara yang dicuri. Tidak ada lagi budaya-budaya anak bangsa yang dirampok. Tidak ada lagi penyiksaan-penyiksaan terhadap TKI. Kita butuh Soekarno-Soekarno baru. Yang tegas dan berani mengatakan "Kita bukan lagi bangsa yang serumpun dengan Malaysia"
Serumpun, sungguh sebuah kata yang memuakan yang diucapkan oleh bangsa yang juga memuakan.(*bb/rure)
Serumpun, Kata Yang Memuakan
Agustus 31, 2009
Labels:
Ruang Renung
Artikel Terkait Dengan Kategori :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 comments:
apalah artinya serumpun kalau ga pernah akur :@
jangankan dalam kata 'serumpun' dalam keluargapun kadang terjadi konflik, tinggal niat dari keduanya apakah ingin berahir baik atau buruk, tp mudah2an perundingan yg diadakan ahir2 ini dapat menemukan titik terang akan semua masalah yg slama ini di perdebatkan.
Posting Komentar
Silakan bagi sahabat yang ingin berkomentar, memberi kritik, dan saran sebagai apresiasi dalam tulisan ini. Saya pribadi sangat menghargai dan menghormati apapun bentuk apresiasi yang sahabat berikan. Terima kasih!!